teori geosentris - definisi, konsep dan apa itu
Sejak zaman kuno hingga Renaisans, manusia percaya bahwa Bumi adalah pusat dari seluruh Alam Semesta. Dalam pengertian ini, dipahami bahwa Matahari dan semua planet berputar mengelilingi planet kita. Pandangan dunia ini dikenal sebagai teori geosentris atau geosentrisme.
Model geosentris
Filsuf seperti Eudoxus, Aristoteles, dan kemudian astronom seperti Ptolemeus adalah orang pertama yang mengusulkan model penjelasan tentang alam semesta ini. Menurut geosentrisme, Bumi kokoh dan sama sekali tidak bergerak, sedangkan benda langit muncul dan menghilang sepanjang hari.
Pengamatan terhadap realitas tampaknya mengkonfirmasi tesis sentral teori tersebut. Model geosentrisme planet juga didasarkan pada pergerakan melingkar bintang-bintang di sekitar Bumi, karena telah dipahami bahwa lingkaran adalah sosok yang sempurna dan kesempurnaan harus mengatur pergerakan planet-planet di langit.
Teori ini tetap menjadi model kosmologis selama hampir 2.000 tahun dan mendapat dukungan tanpa syarat dari Gereja Katolik.
Bagi para teolog Katolik ada banyak kesamaan antara Kitab Suci dan deskripsi ilmiah tentang geosentrisme. Sebaliknya, bagi Gereja Katolik, sangat logis bahwa Bumi adalah pusat dunia yang sebenarnya, karena di dalamnya terdapat manusia, makhluk yang diciptakan atas kehendak Tuhan.
Geosentrisme lebih dari sekadar teori astronomi. Kenyataannya, visi alam semesta ini hadir dalam seni dan semua budaya pada umumnya (dalam "The Divine Comedy" Dante, struktur geosentrisme terestrial dan langit dinarasikan dalam cara sastra).
Sebuah teori baru yang awalnya ditolak
Dari para ilmuwan Renaisans seperti Kepler dan Copernicus mulai mempertanyakan model geosentris alam semesta. Copernicus dianggap sebagai bapak visi baru kosmos, teori heliosentris atau heliosentrisme. Menurut pendekatan baru, Matahari berada di pusat alam semesta, sehingga Bumi dan planet lainnya berputar mengelilinginya. Selama Renaisans, ilmuwan dibagi menjadi dua kubu: beberapa mendukung geosentrisme dan lainnya heliosentrisme.
Dari penggabungan teleskop dalam pengamatan planet, Galileo berhasil menunjukkan bahwa teori heliosentris adalah yang benar. Tes dan demonstrasinya meyakinkan, tetapi meskipun demikian, visinya tentang alam semesta dianggap bid'ah yang bertentangan dengan teks-teks suci.
Teori heliosentris menang atas teori geosentris ketika para ilmuwan meninggalkan penjelasan spekulatif dan beralih ke pengamatan empiris terhadap realitas.
Foto: Fotolia - Naeblys