definisi dualisme antropologis
Dualisme antropologis merupakan konsep filosofis yang bertitik tolak dari premis bahwa manusia terdiri dari raga dan jiwa.
Artinya, teori ini menekankan bahwa manusia tidak dapat direduksi menjadi jasmaninya karena di luar konotasi material dari kehadiran tubuh manusia terdapat kehidupan setelah kematian, entitas imateriil yang tidak dirasakan dalam dirinya sendiri tetapi dipersepsi melalui tindakan. yang menghidupkan tubuh.
Posisi Plato dan Descartes
Plato menilai jiwa adalah prinsip yang menghidupkan tubuh. Pemikir lain juga mencapai kesimpulan yang sama: Descartes adalah contoh nyata tentang ini. Dari sudut pandang ini, tubuh dan jiwa memiliki dua realitas yang berbeda tetapi mereka berinteraksi secara konstan. Faktanya, penyakit mental dapat tercermin dalam bidang fisik.
Somatisasi emosi
Hal ini terjadi, misalnya dengan somatisasi stres yang dapat menyebabkan masalah pencernaan, gangguan tidur, sakit punggung, sakit perut ...
Dengan cara yang sama, lingkungan jasmani juga mempengaruhi tingkat emosi seperti yang ditunjukkan oleh kenyataan bahwa seseorang yang menderita suatu penyakit serius harus berusaha lebih keras untuk bersikap optimis dan tetap bahagia daripada orang yang sehat.
Sakit fisik juga dapat menyebabkan kesedihan emosional. Demikian kesimpulan yang ditawarkan oleh psikologi yang juga merefleksikan interaksi antara tubuh dan pikiran.
Sebaliknya, Plato memiliki pandangan yang lebih pesimistis tentang tubuh seperti yang ditunjukkan oleh salah satu pernyataannya yang terkenal: "Tubuh adalah penjara jiwa."
Misteri kehidupan
Dualisme antropologis juga terkait dengan esensi misteri kehidupan, dengan pengamatan martabat yang membedakan manusia dari makhluk lain karena orang tersebut, berkat kecerdasan dan kemauannya, menunjukkan otonomi dan kebijaksanaan yang luar biasa.
Di sisi lain, di luar kebersamaan seseorang terdapat kemampuan non-materi seperti kecerdasan dan kemauan. Selain itu, perasaan juga tidak material, tidak terlihat tetapi dirasakan. Tidak ada bukti ilmiah tentang keberadaan jiwa, namun realitasnya diintuisi pada tingkat filosofis seperti yang ditunjukkan oleh argumen para pemikir yang telah merefleksikan dualisme antropologis.